Sabtu, 17 Maret 2012

spi


A.    PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW DAN KHULAFAURRASYIDIN
1.        Pendidikan Islam Di Masa Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin atau Khulafa ar-Rasyidun adalah wakil-wakil atau khalifah-khalifah yang benar atau lurus. Mereka adalah pewaris kepemimpinan Rasulullah selepas kewafatan junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Para tokoh ini merupakan orang-orang yang arif bijaksana, jujur dan adil dalam memberikan keputusan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat. Setelah Rasulullah wafat, peradaban Islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan negara dengan bijaksana (hikmat). Kebijaksanaan ini adalah politik yang mengandung hikmat, bergerak, berpikir, bertindak, berlaku dan berbuat, yang dalam istilah sekarang disebut taktik, strategi dam diplomasi yang berbau kelincahan dan kelicikan. Al-Qur’an dan al-Hadits telah menentukan batas-batas yang diperbolehkan dan yang tidak, serta memberikan jalan untuk berpikir, bermusyawarah, dan bertindak.
Adapun Khulafaur Rasyidin dalam sejarah Islam yang dimaksud terdiri dari pada empat orang sahabat sebagai berikut:
a.       Masa Khalifah Abu Bakar
b.      Masa Khalifah Umar bin Khattab
c.       Masa Usman bin Affan
d.      Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
B.     PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH DAN BANI ABBASIYAH
1.      Pertumbuhan dan Perkembangan Islam Pada Masa Bani Ummayah
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berjalan seperti di zaman permulaan Islam, hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah sendiri.
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam 5 periode, sedangkan untuk pendidikan Islam bani Umayyah masuk dalam kategori periode 2, yaitu periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad saw wafat sampai masa akhir bani Umayyah. Sehingga karena masih dalam masa pertumbuhan maka hanya ada sedikit kemajuan seperti yang diterangkan di atas. Kamajuan ini hanya diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu Naqliyah yaitu filsafat dan ilmu eksakta disamping juga ilmu-ilmu agama yang sudah berkembang sebelumnya.
Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini salah satunya adalah faktor pemerintahan bani Umayyah yang lebih suka pada membangun kekuatan pemerintahan/politik yang cenderung otoriter.
Untuk mengetahui pertumbuhan pendidikan Islam pada zaman ini yang lebih rinci, baiklah kita masuk saja pada pembahasan materi.
Pada zaman bani Umayyah ada tiga gerakan yang berkembang dengan sendirinya, yaitu :
a.       Gerakan Ilmu Agama, karena didorong semangat agama sendiri yang sangat kuat pada waktu itu
b.      Gerakan Filsafat, karena ahli agama di akhir bani Umayyah mempergunakan filsafat untuk melawan Yahudi dan Nasrani.
c.       Gerakan Sejarah, karena ilmui-ilmu agama memerlukan riwayat.
2.      Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Pendidikan islam yang dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW. Khulafur Rasyidin, serta Masa Muawiyyah dan Abbasiyah serta kekhalifahan selanjtnya, yang pada puncak kemjuan ilmu dan kebudayaan Islam adalah terjadi pada masa Daulah bani Abbasiyah.
Perkembangan kemajuan pendidikan Islam ada dua factor yang saling mempengaruhi, yaitu factor intern atau pembawaan dari ajaran agama Islam itu sendiri dan factor eksteren , yaitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar.
Faktor dari dalam yang berupa pembawaan dari ajaran agama Islam itu sendiri, dan ekstern seperti; Fuilsafat Yunani yang mulai berpengaruh dikalangan ilmuan muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Bani Abbasiyah, ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Syirah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syirah ke bahasa arab.
Puncak perkembangan dan kebudayaan pemekiran Islam terjadi pada masa pemerinthan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbas sendiri.
Demikianlah pendidikan islam pada masa kemajuan Islam, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini kemajuan politik serjalan seiring dengan kemajuan pendidikan, peradaban, dan kebudayaan. Sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilanan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama.
C.    PENDIDIKAN ISLAM MASA KEJAYAAN, KEMUNDURAN, DAN PEMBAHARUAN
1.      Masa Kejayaan
Masa ini dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam, yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah (sekolah-skolah) formal serta unversitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam.
Dalam perkembangan kebudyaan Islam, nampak adanya dua faktor yang saling mempengaruhi, yaitu faktor intern atau pembawaan dari ajaran islam itu sendiri. Dan faktor ekstern, yaitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar.
a.       Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
1)      Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
2)      Pendidikan rendah di Istana
3)      Toko-toko
4)      Rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan)
5)      Majlis atau saloon kesusastraan
6)      Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badwi)
7)      Rumah sakit
8)      Perpustakaan
9)      Masjid
2.      Masa Kemunduran
Sebab-sebab melemahnya pikiran Islam tersebut, antara lain dilukiskannya sebagaiberikut :
a.       Telah berkelebihan filsafat Islam (yang bercorak sifistis) dimasukan oleh Al-Ghazali dalam Islam dan berkelebihan pula Ibn Rusyd dalam memasukan filsafat Islamnya (yang bercorak rasionalistis) ke dunai Islam di Barat
b.      Para khalifah, sultan, Amir, umat Islam melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, jadi tidak memberi kesempatan berkembang, jika pada awalnya para pejabat pemerintah itu sangat memperhatikan pendidikan Islam dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli ilmu pengetahuan, maka pada masa ini para ahli ilmu pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan pemerintah sehingga melupakan tugas-tugas pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
c.       Banyak terjadi pemberontakan dan serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran dan mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia Islam.
3.      Masa Pembaharuan Pendidikan Islam
a.       Pola-pola pembaharuan pendidikan Islam
1)      Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa
2)      Yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran Islam.
3)      Yang berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa masing-masing dan yang bersifat nasionalisme
D.    PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM NUSANTARA
1.      Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh
Hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa dearah Indonesia yang mula-mula di masuki Islam ialah daerah Aceh.(Taufik Abdullah, 1983: 4). Berdasarkan kesimpulan seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang berlangsung di Medan pada tanggal 17 – 20 Maret 1963, yaitu:
a.        Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M, dan langsung dari Arab.
b.      Daerah yang pertama kali didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatera, adapun kerajaan Islam yang pertama adalah di Pasai.
c.        Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan proses penyiaran Islam dilakukan secara damai.
d.       Keterangan Islam di Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.(Taufik Abdullah, 1983: 5)
Masuknya Islam ke Indonesia ada yang mengatakan dari India, dari Persia, atau dari Arab. (Musrifah, 2005: 10-11). Dan jalur yang digunakan adalah:
a.       Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran
b.       Dakwah, yang dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai sufi pengembara.
c.       Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya inti sosial yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim
d.      Pendidikan. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.
e.       Kesenian. Jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
Bentuk agama Islam itu sendiri mempercepat penyebaran Islam, apalagi sebelum masuk ke Indonesia telah tersebar terlebih dahulu ke daerah-daerah Persia dan India, dimana kedua daerah ini banyak memberi pengaruh kepada perkembangan kebudayaan Indonesia.
2.      Pusat Keunggulan Pengkajian Islam Pada Tiga Kerajaan Islam di Aceh.
a.       Zaman Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H). (Mustofa Abdullah, 1999: 54)
 Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang sederhana. (Zuhairini,et.al, 2000: 135)
b.      Kerajaan Perlak
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak. Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu.(Hasbullah, 2001: 29)
Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.
c.       Kerajaan Aceh Darussalam
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522 M).
Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
o   Sebagai tempat belajar Al-Qur’an
o   Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab,


E.     PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN
Pendidikan islam pada zaman kolonial belanda tidak mendapat rintangan.hal ini ditandai dengan bermunculanya lembaga-lembaga pendidikan yang semuanya berjalan dengan lancar walaupun terlihat abiturienya tidak bisa diterima oleh mereka dan yakin kalau kesadaran dari pihak islam telah timbul untuk tidak bekerja pada belanda yang telah menjadi perintang kemajuan bangsa. Kenyataan seperti ini sayang msih berlaku sampai sekarang sehingga orang-orang islam kurang berperan dalam pemerintahan. Hal ini tentu penyebabnya adalah melemahnya kekuatan politik islam walaupun islam di indonesia mencapai jumlah yang sangat banyak.
Pada masa jepang tujuan pendidikan islam yang pertama adalah menanamkan rasa keislaman yang benar guna kepentingan dunia dan Akhirat, dan yang kedua membelah bangsa dan tanah air untuk memdapatkan kemerdekaan bangsa itu sendiri ataupun kemerdekaan secara manusiawi
F.     PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE LAMA, ORDE BARU DAN ERA REFORMASI
1.      Pada Masa Orde Lama
Pada tanggal 3 Januari 1946 dibentuk Departemen Agama, dimana tugasnya mengurusi penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum dan mengurusi sekolah agama seperti pondok pesantren dan madrasah.. Kemudian pada bulan desember 1946 dikeluarkan peraturan bersama dua menteri, yaitu Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Pengajaran yang menetapkan bahwa pendidikan agama diberikan mulai kelas IV SR (Sekolah Rakyat = Sekolah Dasar) sampai kelas VI.
2.      Pada Masa Orde Baru
Orde Baru memberikan corak baru bagi kebijakan pendidikan agama islam, karena beralihnya pengaruh komunisme ke arah pemurnian pancasila melalui rencana pembangunan Nasional berkelanjutan. Pada awal – awal masa pemerintahan orde baru, kebijakan tentang madrasah bersifat melanjutkan dan meningkatkan kebijakan orde lama. Pada tahap ini madrasah belum di pandang sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, tetapi baru bersifat lembaga pendidikan bersifat otonom di bawah pengawasan menteri agama.
Menghadapi kenyataan tersebut di atas, langkah pertama dalam melakukan pembaruan ini adalah di keluarkannya kebijakan tahun 1967 sebagai respons terhadap TAP MPRS No. XXVII tahun 1966 dengan melakukan formalisasi dan strukturisasi Madrasah.
Dalam dekade 1970-an madrasah terus dikembangkan untuk memperkuat keberadaannya, namun di awal –awal tahun 1970 –an Dengan keputusan presiden No. 34 Tahun 1972 dan impres 1974, penyelenggraan pendidikan dan kejuruan sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab MENDIKBUD.
3.      Pada Masa Era Reformasi
Ketentuan tentang hak setiap siswa untuk memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya. Namun, SD, SLTP, SMU, SMK dan PLB yang berciri khas berdasarkan agama tertentu tidak diwajibkan menyelenggarakan pendidikan agama lain dari agama yang menjadi ciri khasnya. Inilah poin pendidikan yang menimbulkan polemik dan kritik dari sejumlah kalangan, dimana para siswa dikhawatirkan akan pindah agama (berdasarkan agama Yayasan/ Sekolah), karena mengalami pendidikan agama yang tidak sesuai dengan agama yang dianutnya. Kritik itu semakin kencang, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah, No. 29/1990, yang secara eksplisit menyatakan bahwa sekolah-sekolah menengah dengan warna agama tertentu tidak diharuskan memberikan pelajaran agama yang berbeda dengan agama yang dianutnya. Dan UU No. 2 tahun 1989 serta peraturan pemerintah tersebut dinilai oleh sebagian kalangan sebagai UU yang tidak memberikan ruang dialog keagamaan di kalangan siswa.
G.    ORGANISASI-ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Sepanjang sejarah Indonesia, organisasi-organisasi kemasyarakatan bermunculan, baik yang berhaluan keagamaan (Islam) maupun berhaluan nasional (politik). Kemunculan beberapa organisasi tersebut merupakan bentuk ‎ekspresi rakyat Indonesia dalam melihat dan kepeduliannya terhadap situasi bangsa yang berada di bawah kolonialisme Belanda.
Berbagai cara yang dilakukan oleh kolonialis Belanda untuk membendung pergerakan nasionalisme rakyat Indonesia, namun justeru rakyat ‎semakin sadar akan pentingnya membangun kekuatan dengan organisasi-organisasi yang mereka bentuk. Diantara ‎organisasi-organisasi yang berhaluan politik antara lain:
a.       Taman Siswa di Yogyakarta;‎
b.      Sekolah Sarikat Rakyat di Semarang, yang berhaluan komunis;
c.        Ksatrian Institut yang didirikan oleh Dr. Douwes Dekker (Dr. Setiabudi) di Bandung;
d.      perguruan rakyat di Jakarta dan di bandung.‎
H.    ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM JAMI’AAT KHAIR
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Awalnya organisasi ini didirikan oleh orang-orang Arab kemudian namun terbuka untuk semua lapisan masyarakat, dengan tidak mengikat mata pencaharian mereka.
Dua bidang yang sangat diperhatikan oleh pemerintah adalah pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar dan pengiriman anak-‎anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi.
Dalam pelaksanaannya sekolah dasar yang dibina mengajarkan berbagai pengetahuan, baik agama maupun umum, seperti berhitung, sejarah ‎‎(Sejarah Islam), Ilmu bumi dan lain-lain. Sedangkan program pengiriman anak-‎anak ke Turki mengalami kendala, sebab di Turki sedang terjadi kemelut dan hasilnya pun dianggap kurang efektif.
I.        ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM Al-IRSYAD
Organisasi ini berdiri pada tahun 1914 yang kemudian dikenal dengan Al Irsyad saja. Para pendirinya adalah orang-orang Arab, sebagaimana pendiri Aljamiatul Al-Khairiyah, salah satunya adalah Syekh Ahmad Surkati yang pada ‎awalnya dari Aljamiatul Al-Khairiyah.
Yang menjadi perhatian Al-Ishlah wal Irsyad adalah bidang ‎pendidikan, terutama pendidikan bagi orang-orang Arab dan kemudian meluas ke masyarakat umum di Indonesia. Pergerakan organisasi ini ternyata lebih progresif ‎di banding dengan Al-jamiatul Al-Khairiyah. Ini terlihat dengan banyaknya ‎sekolah di Jakarta yang didirikan oleh organisasi ini, seperti sekolah-sekolah tingkat dasar, sekolah guru, takhasus dua tahun. Hal serupa juga terlihat dengan ‎semangatnya para pengurus mendirikan cabang-cabang di berbagai daerah, seperti ‎di Cirebon, Bumiayu, Tegal, Pekalongan, Surabaya, dan Lawang.
J.      ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM PERSYARIKATAN ULAMA
Perserikatan Ulama didirikan di Majalengka, Jawa Barat pada tahun 1911. Organisasi ini didirikan dalam rangka menegakkan gerakan pembaharuan ‎atas inisiatif Kyai haji Abdul Halim. Pada tahun 1916 dipandang perlu mendirikan lembaga pendidikan yang lebih modern, maka didirikanlah sekolah ‎dengan nama Jam'iyat I'anat al-Muta'alimin yang sangat direspon positif oleh ‎guru-guru di daerah tersebut. Pada tahun 1924 Perserikatan Ulama memperluas daerah operasinya yang meliputi seluruh Jawa dan Madura, serta tahun 1937 ke seluruh Indonesia.
K.    ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM PERSATUAN ISLAM (PERSIS)
Lahirnya Persis Diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan (penalaahan agama Islam di kota Bandung yang dipimpin oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dan kesadaran akan kehidupan berjamaah, berimamah, berimarah dalam menyebarkan syiar Islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan cirri dan karateristik yang khas.
Pada tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1342 H, kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama “Persatuan Islam” (Persis). Nama persis ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam.


L.     ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMADIYAH
‎Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912, bertepatan dengan tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta,dengan tujuan amar ma'ruf nahi munkar yang berakidahkan Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunah
Menurut Ahmad Dahlan,ada lima faktor yang menyebabkan ia ‎mendirikan Muhammadiyah, yaitu:
1.      Ia melihat bahwa umat Islam banyak yang sudah tidak memegang teguh Al-Quran dan Sunah dalam beramal, sehingga amal mereka ‎tercampur dengan kemusyrikan, bid'ah, khurafat dan tahayul.
2.      Lembaga-lembaga agama ketika itu tidak efisien, seperti halnya ‎pesantren. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan saat itu terjadi perpecahan, dimana pendidikan umum (sekuler) dikembangkan oleh Belanda, sedangkan pendidikan Agama dibina oleh pesantren, dan disinilah awal pemisahan istilah ilmuag dan ilmu umum di Indonesia.
3.       Kemiskinan yang menimpa sebagian besar rakyat Indonesia, terutama kaum buruh, serta enggannya kaum kaya membayar zakat, sehingga mempertajam jurang pemisah diantar keduanya.
4.       Aktivitas misionaris Katolik dan Protestan semakin giat sejak awal ‎abad ke-19 yang disubsidi oleh Belanda.
5.      Secara umum umat Islam hidup dalam fanatisme yang sempit, taklid ‎buta, serta berfikir secara dogmatis, kehidupan Islam masih diwarnai dengan konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.
6.      Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa tujuan muhammadiyah adalah karena kondisi bangsa dan umat Islam saat itu serta perhatiannya bagi kelangsungan masa depan umat.
M.   ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM NAHDHOTUL ULAMA
Nahdlatul Ulama atau NU, merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini. NU didirikan pada tanggal 23 januari 1926 M bertepatan dengan tanggal 16 rajab 1344 H. Di Surabaya. Pendiri NU antara lain : KH Hasyim Asy'ari, KH. Abdul Wahab Abdullah, KH. Bisri, KH. Ridwan, KH. Nawawi, KH. R. Asnawi, KH. R. Hambali, K Nakhrawi, KH. Doromuntaha, KH. Alwi Abdul Aziz, dan lain-lain.
Maksud dari pendirian NU antara lain ain adalah memegang teguh salah satu dari mandzhab imam yang empat, yaitu Syafi'i, Maliki, Hanafi, dan Hambali, dan mengerjakan apa-apa yang menjadi kemaslahatan umat Islam. Ikhtiar untuk ‎mencapai maksud tersebut meliputi:
a.        Mengadakan hubungan dengan ulama-ulama yang bermadzhab sebagaiman tersebut di atas;
b.      Memeriksa kitab-kitab sebelum digunakan, apakah termasuk dalam ‎kitab ahli sunnah wal jama'ah atau ahli bid'ah;‎
c.       Menyiarkan agama Islam berdasarkan pada madzhab tersebut;
d.      Memperbanyak madrasah-madrasah yang berasaskan Islam;
e.       Memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masjid-masjid, ‎surau-surau, pondok-pondok pesantren, juga perhatiannya terhadap anak yatim, dan fakir miskin;
f.       Mendirikan badan-badan untuk urusan pertanian, pernigaan, perusahaan yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.
N.    LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (PONDOK PESANTREN,MADRASAH DAN PTAI)
1.      Pondok pesantren
Pondok psantren memiliki model-model pengajaran yang bersifat nonklasikal, yaitu model system pendidikan dengan menggunakan metode pengajaran sorogan dan wetonan atau bendungan(menurut istilah dari jawa barat).
Meskipun pesantren tidak mengenal evaluasi secara formal,dengan pengajaran secara halaqah ini, kemampuan parasantri dapat diketahui
Secara garis besar, pesantren sekarang ini dibedakan atas dua macam, yaitu:
a.       Pesantren tradisional; pesantren yang masih tetap mempertahankan sistem pengajaran tradisonal dengan materi pengajaran kiab-kitab klasik yang sering disebut kitab kuning.
b.      Pesantren modern; pesantren yang berusaha mengintegrasikan secara penuh system klasikal dan sekolah kedalam pondok pesantren.
2.      Madrasah
Dalam perkembangannya, system madrasah ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu madrasah yang khusus memberi pendidikan dan pengajaran agama yang dikenal dengan madrasah diniyah. Dan madrasah yang memberikan pendidikan dan pengjaran agama juga memberi pelajaran umum. Untuk tingkat dasar disebut madrasah ibtidaiyah, untuk tingkat menengah pertama disebut madarasah tsanawiyah. Dan untuk tingkat menengah atas disebut madrasah aliyah.
O.    TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ISLAM(HOS TJOKROAMINOTO,KH.AHMAD DAHLAN DAN KH.HASYIM ASY’ARI
Sebagaimana gerakan Islam, Nasionalis, dan Komunis berasal dari satu guru yaitu HOS Tjokroaminoto. Ketika berumur 21 tahun (1890), KH Ahmad Dahlan pergi ke tanah suci Mekkah untuk naik haji dan menuntut ilmu di sana. Ia belajar selama setahun. Salah seorang gurunya adalah Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi.
Ahmad Dahlan adalah anak seorang kyai tradisional yaitu K.H. Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, seorang khatib di Masjid Sultan di kota itu. Ibunya Siti Aminah adalah anak Haji Ibrahim, seorang penghulu. Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara.
Ia juga pernah sekamar dengan KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU) ketika beguru kepada KH Sholeh Darat di Semarang. Berarti juga Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari, dan RA Kartini satu guru satu ilmu yaitu KH Sholeh Darat. Berarti gerakan Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama dan Gerakan Feminis berasal dari satu guru.
Dahlan satu guru satu ilmu lagi dengan KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU). Ia juga satu guru dengan Haji Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka) dan Syekh Muhammad Djamil Djambek. Kedua orang ini adalah pendiri gerakan “Kaoem Moeda” di Sumatra Barat
P.     SISTEM DAN ISI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
1.      System pendidikan islam di Indonesia dibagi menjadi dua:
a.       System pendidkan islam non formal, masih di masjid surau, langgar pondok dan rumah kyai. Menggunakan system non klasikal. metode pengajaran sorogan dan wetonan atau bendungan
b.      System pendidikan islam formal, sudah menggunakan system klasikal seperti sekarang. Dengan menggunakan bangku meja dan papan tulis
2.      Isi pendidikan islam di Indonesia terbagi menjadi dua:
a.       Isi pendidikan islam non formal di Indonesia
Isi pendidikan dan pengajaran islam pada tingkat pemula meliputi: Belajar membaca al-qur’an, Pelajaran dan praktek sholat, Pelajaran ketuhanan.
Pengajian al-qur’an yang meliputi: Huruf hijaiyah dan membaca al-qur’an, Ibadah praktek dan perukunan, Keimanan dan akhlaq,
Pada tingkatan yang lebih atas akan membahas mengenai ilmu tajwid lagu qasidah dan sebagainya
Pengajian kitab, yang pelajarannya meliputi: Ilmu sharaf, Ilmu nahwu, Ilmu fiqih, Ilmu tafsir.
Isi pendidikan islam formal di Indonesia
Materi pendidikan islam mencapai 12 macam ilmu, yaitu: Ilmu nahwu, Ilmu sharaf, Ilmu fiqih, Ilmu tafsir, Ilmu tauhid,Ilmu hadits, Ilmu musthalah hadits, Ilmu mantiq, Ilmu ma’ani, Ilmu bayan, Ilmu badi’ ,Ilmu ushul fiqh.
Pengetahuan umum yang diajarkan di madrasah antara lain: membaca dan menulis (huruf latin) bahasa Indonesia, berhitung,Ilmu bumi, sejarah Indonesia dan dunia, oleh raga dan kesehatan.


Q.    PENDIDIKAN ISLAM DAN PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA (PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SUB SISTEM DARI SYSTEM PENDIDIKAN NASIONAL)
Dalam sistem pendidikan nasional telah ditetapkan aturan-aturan pokok sehubungan dengan berbagai aspek pendidikan. Aturan-aturan ini bersifat mengikat seluruh warga negara dalam menyelenggarakan pendidikan, baik sebagai penyelenggaraan maupun masyarakat yang menikmatinya.
Pendidikan islam sebagai subsistem pendidikan nasioanal yang akan dilaksanakan dan nikmati oleh sebagaian warga negara menepati kedudukan yang penting. Hal tersebut telihat dalam berbagai aspek, yaitu dalam aspek tujuan, metode, peserta didik, dan kurikulum serta kelembagaan. Karena banyah hal yang bersamaan antara pendidikan islam dan pendidikan nasional, maka terlihat kekuatan yang saling mendukung. Apabila tuntutan pendidikan islam terpenuhi maka tuntutan pendidikan nsional, baik secara lansung mapun tidak lansung sudah terpenuhi. Demikian juga sebaliknya
Pendidikan nasioanal harus mampu menjamin kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevan dan efesien manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehinggaperlu dilakkan pembaruan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak memandai lagi dan perlu diganti serta disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh sebab itu ditetapkanlah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No 3 Tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional.
Al-ghazali dalam sulaiman (1986: 24) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan islam adalah :
1.      Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah
2.      Membentuk insan purna yang memperoleh kebahagian hidup, baik didunia mapun diakhirat
Dari dua tujuan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan islam versi AL-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah), sebagaimana yang dikenal dengan kesufiannya, tetapijuga bersifat duniawi.
R.    WANITA DAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Para wanita Arab sebelum datangnya Islam telah mempunyai hak dan kesempatan belajar yang terkenal pada masa itu, maka di kalangan wanita telah terdapat wanita-wanita tukang tenung dan penyai’r-penya’ir dan orang-orang yang mempunyai pengetahuan dalam menulis. Di dalam buku-buku yang berbahasa Arab disebutkan banyak sekali nama-nama wanita yang terkenal pada masa jahiliyah dan masa permulaan Islam.
Pendidikan wanita dalam Islam tidak terlepas pada sejarah awal penyebaran Islam di masa Nabi Muhammad SAW, Islam mengajarkan persamaan status pria dengan wanita dalam aspek-aspek spritual dan kewajiban keagamaan dan yang membedakan adalahnya akhlak yang baik dan buruk.
“Dan para wanita mendapat hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruk. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan dari pada isterinya”
Pada masa ini, Nabi meyamakan kedudukan wanita dan pria dalam hal menuntut ilmu sebagai manifestasi ayat ini diriwayatkan pula dari Nabi s.a.w bahwa beliau menganjurkan agar istrinya diajarkan menulis, dan untuk ini beliau berkata kepada Asy-Syifa’ (seorang penulis di masa jahiliyah) tidak maukah Anda mengajar mantera kepada Hafsah sebagaimana engkau telah mengajarkannya menulis.
Islam memberikan persamaan hak dan kewajiban dalam menuntut ilmu bagi wanita sebagaimana laki-laki, namun yang menjadi perhatian khusus adalah tentang penekan pendidikan akhlaq. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar