A.
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW DAN
KHULAFAURRASYIDIN
1.
Pendidikan
Islam Di Masa Khulafaur Rasyidin
Khulafaur
Rasyidin atau Khulafa
ar-Rasyidun adalah wakil-wakil atau khalifah-khalifah yang benar atau
lurus. Mereka adalah pewaris kepemimpinan Rasulullah selepas kewafatan
junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Para tokoh ini merupakan orang-orang
yang arif bijaksana, jujur dan adil dalam memberikan keputusan dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat. Setelah Rasulullah
wafat, peradaban Islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan
negara dengan bijaksana (hikmat). Kebijaksanaan ini adalah politik
yang mengandung hikmat, bergerak, berpikir, bertindak, berlaku dan berbuat,
yang dalam istilah sekarang disebut taktik, strategi dam diplomasi yang
berbau kelincahan dan kelicikan. Al-Qur’an dan al-Hadits telah menentukan
batas-batas yang diperbolehkan dan yang tidak, serta memberikan
jalan untuk berpikir, bermusyawarah, dan bertindak.
Adapun
Khulafaur Rasyidin dalam sejarah Islam yang dimaksud terdiri dari pada empat
orang sahabat sebagai berikut:
a. Masa Khalifah Abu Bakar
b. Masa Khalifah Umar bin Khattab
c. Masa Usman bin Affan
d. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
B.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA BANI UMAYYAH DAN BANI ABBASIYAH
1.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Islam Pada Masa Bani Ummayah
Pertumbuhan
dan perkembangan pendidikan Islam pada masa ini berjalan seperti di zaman
permulaan Islam, hanya ada sedikit peningkatan sesuai dengan perkembangan Daulah
Islamiyah sendiri.
Sebagaimana
telah diketahui bersama bahwa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam
dibagi dalam 5 periode, sedangkan untuk pendidikan Islam bani Umayyah masuk dalam
kategori periode 2, yaitu periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung
sejak Nabi Muhammad saw wafat sampai masa akhir bani Umayyah. Sehingga karena
masih dalam masa pertumbuhan maka hanya ada sedikit kemajuan seperti yang
diterangkan di atas. Kamajuan ini hanya diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu
Naqliyah yaitu filsafat dan ilmu eksakta disamping juga ilmu-ilmu agama yang
sudah berkembang sebelumnya.
Faktor
yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini salah
satunya adalah faktor pemerintahan bani Umayyah yang lebih suka pada membangun
kekuatan pemerintahan/politik yang cenderung otoriter.
Untuk mengetahui pertumbuhan pendidikan Islam pada zaman ini yang lebih rinci, baiklah kita masuk saja pada pembahasan materi.
Untuk mengetahui pertumbuhan pendidikan Islam pada zaman ini yang lebih rinci, baiklah kita masuk saja pada pembahasan materi.
Pada
zaman bani Umayyah ada tiga gerakan yang berkembang dengan sendirinya, yaitu :
a. Gerakan Ilmu Agama, karena didorong semangat
agama sendiri yang sangat kuat pada waktu itu
b. Gerakan Filsafat, karena ahli agama di akhir
bani Umayyah mempergunakan filsafat untuk melawan Yahudi dan Nasrani.
c. Gerakan Sejarah, karena ilmui-ilmu agama
memerlukan riwayat.
2. Pertumbuhan
dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Bani
Abbasiyah
Pendidikan islam yang dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW. Khulafur
Rasyidin, serta Masa Muawiyyah dan Abbasiyah serta kekhalifahan selanjtnya,
yang pada puncak kemjuan ilmu dan kebudayaan Islam adalah terjadi pada
masa Daulah bani Abbasiyah.
Perkembangan kemajuan pendidikan Islam ada dua factor yang saling
mempengaruhi, yaitu factor intern atau pembawaan dari ajaran agama Islam itu
sendiri dan factor eksteren , yaitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar.
Faktor dari dalam yang berupa pembawaan dari ajaran agama Islam itu
sendiri, dan ekstern seperti; Fuilsafat Yunani yang mulai berpengaruh
dikalangan ilmuan muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai
puncaknya pada masa Bani Abbasiyah, ketika karya-karya filosof Yunani
diterjemahkan kedalam bahasa Syirah oleh Hunayn dan anaknya menerjemahkan dari
bahasa Syirah ke bahasa arab.
Puncak perkembangan dan kebudayaan pemekiran Islam terjadi pada
masa pemerinthan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari
kreatifitas penguasa Bani Abbas sendiri.
Demikianlah pendidikan islam pada masa kemajuan Islam, kemajuan
yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini kemajuan politik
serjalan seiring dengan kemajuan pendidikan, peradaban, dan kebudayaan.
Sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilanan. Masa keemasan
ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama.
C. PENDIDIKAN
ISLAM MASA KEJAYAAN, KEMUNDURAN,
DAN PEMBAHARUAN
1. Masa
Kejayaan
Masa ini dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam, yang
ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan
madrasah-madrasah (sekolah-skolah) formal serta unversitas dalam berbagai pusat
kebudayaan Islam.
Dalam perkembangan kebudyaan Islam, nampak adanya dua faktor yang saling
mempengaruhi, yaitu faktor intern atau pembawaan dari ajaran islam itu sendiri.
Dan faktor ekstern, yaitu berupa rangsangan dan tantangan dari luar.
a. Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
1) Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
2) Pendidikan rendah di Istana
3) Toko-toko
4) Rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan)
5) Majlis atau saloon kesusastraan
6) Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal
badwi)
7) Rumah sakit
8) Perpustakaan
9) Masjid
2. Masa
Kemunduran
Sebab-sebab melemahnya
pikiran Islam tersebut, antara lain dilukiskannya sebagaiberikut :
a. Telah berkelebihan filsafat Islam (yang
bercorak sifistis) dimasukan oleh Al-Ghazali dalam Islam dan berkelebihan pula
Ibn Rusyd dalam memasukan filsafat Islamnya (yang bercorak rasionalistis) ke
dunai Islam di Barat
b. Para khalifah, sultan, Amir, umat Islam
melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, jadi tidak memberi kesempatan
berkembang, jika pada awalnya para pejabat pemerintah itu sangat memperhatikan
pendidikan Islam dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli
ilmu pengetahuan, maka pada masa ini para ahli ilmu pengetahuan umumnya
terlibat dalam urusan pemerintah sehingga melupakan tugas-tugas pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan
c. Banyak terjadi pemberontakan dan serangan dari
luar, sehingga menimbulkan kehancuran dan mengakibatkan berhentinya kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia Islam.
3.
Masa Pembaharuan Pendidikan Islam
a. Pola-pola pembaharuan pendidikan Islam
1) Pola pembaharuan pendidikan islam yang
berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa
2) Yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian
kembali ajaran Islam.
3) Yang berorientasi pada kekayaan dan sumber
budaya bangsa masing-masing dan yang bersifat nasionalisme
D. PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM NUSANTARA
1. Masuk
dan Berkembangnya Islam di Aceh
Hampir
semua ahli sejarah menyatakan bahwa dearah Indonesia yang mula-mula di masuki
Islam ialah daerah Aceh.(Taufik Abdullah, 1983: 4). Berdasarkan kesimpulan
seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang berlangsung di Medan pada
tanggal 17 – 20 Maret 1963, yaitu:
a. Islam untuk pertama kalinya telah masuk
ke Indonesia pada abad ke-7 M, dan langsung dari Arab.
b. Daerah yang pertama kali didatangi oleh Islam
adalah pesisir Sumatera, adapun kerajaan Islam yang pertama adalah di Pasai.
c. Dalam proses pengislaman selanjutnya,
orang-orang Islam Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan proses penyiaran
Islam dilakukan secara damai.
d. Keterangan Islam di Indonesia, ikut
mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian
bangsa Indonesia.(Taufik Abdullah, 1983: 5)
Masuknya
Islam ke Indonesia ada yang mengatakan dari India, dari Persia, atau dari Arab.
(Musrifah, 2005: 10-11). Dan jalur yang digunakan adalah:
a. Perdagangan, yang mempergunakan sarana
pelayaran
b. Dakwah, yang dilakukan oleh mubaligh yang
berdatangan bersama para pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai
sufi pengembara.
c. Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang
muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya
inti sosial yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim
d. Pendidikan. Pusat-pusat perekonomian itu
berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.
e. Kesenian. Jalur yang banyak sekali dipakai
untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
Bentuk
agama Islam itu sendiri mempercepat penyebaran Islam, apalagi sebelum masuk ke
Indonesia telah tersebar terlebih dahulu ke daerah-daerah Persia dan India,
dimana kedua daerah ini banyak memberi pengaruh kepada perkembangan kebudayaan
Indonesia.
2. Pusat
Keunggulan Pengkajian Islam Pada Tiga Kerajaan Islam di Aceh.
a. Zaman Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan
Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada
abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama
Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/
abad ke-15 H). (Mustofa Abdullah, 1999: 54)
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko
sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja
yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian
sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola
hidup yang sederhana. (Zuhairini,et.al, 2000: 135)
b. Kerajaan Perlak
Kerajaan
Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan
Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama
yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak. Perlak
merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan
bebas dari pengaruh Hindu.(Hasbullah, 2001: 29)
Kerajaan
Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah
disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab,
tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan
tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh
Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada
akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.
c. Kerajaan Aceh
Darussalam
Proklamasi
kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan
Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin
Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah
(1507-1522 M).
Jenjang
pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah
(Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat di setiap
gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
o
Sebagai
tempat belajar Al-Qur’an
o
Sebagai
Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf
Arab,
E.
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN
Pendidikan islam pada zaman kolonial belanda
tidak mendapat rintangan.hal ini ditandai dengan bermunculanya lembaga-lembaga
pendidikan yang semuanya berjalan dengan lancar walaupun terlihat abiturienya
tidak bisa diterima oleh mereka dan yakin kalau kesadaran dari pihak islam
telah timbul untuk tidak bekerja pada belanda yang telah menjadi perintang
kemajuan bangsa. Kenyataan seperti ini sayang msih berlaku sampai sekarang
sehingga orang-orang islam kurang berperan dalam pemerintahan. Hal ini tentu
penyebabnya adalah melemahnya kekuatan politik islam walaupun islam di
indonesia mencapai jumlah yang sangat banyak.
Pada masa jepang tujuan pendidikan islam yang pertama adalah
menanamkan rasa keislaman yang benar guna kepentingan dunia dan Akhirat, dan
yang kedua membelah bangsa dan tanah air untuk memdapatkan kemerdekaan bangsa
itu sendiri ataupun kemerdekaan secara manusiawi
F. PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA ORDE LAMA, ORDE
BARU DAN ERA REFORMASI
1. Pada
Masa Orde Lama
Pada
tanggal 3 Januari 1946 dibentuk Departemen Agama, dimana tugasnya mengurusi
penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum dan mengurusi sekolah agama
seperti pondok pesantren dan madrasah.. Kemudian pada bulan desember 1946
dikeluarkan peraturan bersama dua menteri, yaitu Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Pengajaran yang menetapkan bahwa pendidikan agama diberikan
mulai kelas IV SR (Sekolah Rakyat = Sekolah Dasar) sampai kelas VI.
2.
Pada Masa Orde Baru
Orde
Baru memberikan corak baru bagi kebijakan pendidikan agama islam, karena
beralihnya pengaruh komunisme ke arah pemurnian pancasila melalui rencana pembangunan
Nasional berkelanjutan. Pada awal –
awal masa pemerintahan orde baru, kebijakan tentang madrasah bersifat
melanjutkan dan meningkatkan kebijakan orde lama. Pada tahap ini madrasah belum
di pandang sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, tetapi baru bersifat
lembaga pendidikan bersifat otonom di bawah pengawasan menteri agama.
Menghadapi kenyataan tersebut di atas, langkah pertama dalam melakukan pembaruan ini adalah di keluarkannya kebijakan tahun 1967 sebagai respons terhadap TAP MPRS No. XXVII tahun 1966 dengan melakukan formalisasi dan strukturisasi Madrasah.
Menghadapi kenyataan tersebut di atas, langkah pertama dalam melakukan pembaruan ini adalah di keluarkannya kebijakan tahun 1967 sebagai respons terhadap TAP MPRS No. XXVII tahun 1966 dengan melakukan formalisasi dan strukturisasi Madrasah.
Dalam
dekade 1970-an madrasah terus dikembangkan untuk memperkuat keberadaannya,
namun di awal –awal tahun 1970 –an Dengan keputusan presiden No. 34 Tahun 1972
dan impres 1974, penyelenggraan pendidikan dan kejuruan sepenuhnya berada di
bawah tanggung jawab MENDIKBUD.
3. Pada
Masa Era Reformasi
Ketentuan
tentang hak setiap siswa untuk memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama
yang dianutnya. Namun, SD, SLTP, SMU, SMK dan PLB yang berciri khas berdasarkan
agama tertentu tidak diwajibkan menyelenggarakan pendidikan agama lain dari
agama yang menjadi ciri khasnya. Inilah poin pendidikan yang menimbulkan
polemik dan kritik dari sejumlah kalangan, dimana para siswa dikhawatirkan akan
pindah agama (berdasarkan agama Yayasan/ Sekolah), karena mengalami pendidikan
agama yang tidak sesuai dengan agama yang dianutnya. Kritik itu semakin
kencang, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah, No. 29/1990, yang secara
eksplisit menyatakan bahwa sekolah-sekolah menengah dengan warna agama tertentu
tidak diharuskan memberikan pelajaran agama yang berbeda dengan agama yang
dianutnya. Dan UU No. 2 tahun 1989 serta peraturan pemerintah tersebut dinilai
oleh sebagian kalangan sebagai UU yang tidak memberikan ruang dialog keagamaan
di kalangan siswa.
G.
ORGANISASI-ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA
Sepanjang
sejarah Indonesia, organisasi-organisasi kemasyarakatan bermunculan, baik yang berhaluan keagamaan (Islam) maupun berhaluan nasional (politik). Kemunculan
beberapa organisasi tersebut merupakan bentuk ekspresi
rakyat Indonesia dalam melihat dan kepeduliannya terhadap situasi bangsa yang berada di bawah kolonialisme Belanda.
Berbagai cara yang dilakukan oleh kolonialis Belanda untuk membendung pergerakan nasionalisme rakyat Indonesia, namun justeru
rakyat semakin sadar
akan pentingnya membangun kekuatan dengan organisasi-organisasi yang mereka bentuk. Diantara organisasi-organisasi yang berhaluan politik antara lain:
a.
Taman
Siswa di Yogyakarta;
b.
Sekolah
Sarikat Rakyat di Semarang, yang berhaluan komunis;
c.
Ksatrian
Institut yang didirikan oleh Dr. Douwes Dekker (Dr. Setiabudi) di Bandung;
d.
perguruan rakyat di Jakarta dan di bandung.
H.
ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM JAMI’AAT
KHAIR
Organisasi
ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Awalnya organisasi ini didirikan oleh orang-orang Arab kemudian namun terbuka untuk semua lapisan masyarakat, dengan tidak mengikat mata
pencaharian mereka.
Dua bidang yang sangat diperhatikan oleh pemerintah
adalah pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar dan
pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi.
Dalam pelaksanaannya sekolah dasar yang dibina mengajarkan berbagai pengetahuan, baik agama maupun umum, seperti berhitung, sejarah
(Sejarah Islam), Ilmu
bumi dan lain-lain. Sedangkan program pengiriman anak-anak ke Turki mengalami
kendala, sebab di Turki sedang terjadi kemelut dan hasilnya pun dianggap kurang efektif.
I. ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM Al-IRSYAD
Organisasi
ini berdiri pada tahun 1914 yang kemudian dikenal dengan Al Irsyad saja. Para pendirinya adalah orang-orang Arab, sebagaimana
pendiri Aljamiatul
Al-Khairiyah, salah satunya adalah Syekh Ahmad Surkati yang pada awalnya dari Aljamiatul Al-Khairiyah.
Yang menjadi perhatian Al-Ishlah wal Irsyad adalah bidang pendidikan, terutama pendidikan bagi orang-orang Arab dan kemudian
meluas ke masyarakat
umum di Indonesia. Pergerakan organisasi ini ternyata lebih progresif di banding dengan Al-jamiatul Al-Khairiyah. Ini terlihat dengan
banyaknya sekolah di Jakarta yang
didirikan oleh organisasi ini, seperti
sekolah-sekolah tingkat
dasar, sekolah guru, takhasus dua tahun. Hal serupa juga terlihat dengan semangatnya para pengurus mendirikan cabang-cabang di berbagai
daerah, seperti di Cirebon, Bumiayu, Tegal,
Pekalongan, Surabaya, dan Lawang.
J. ORGANISASI
PENDIDIKAN ISLAM PERSYARIKATAN ULAMA
Perserikatan
Ulama didirikan di Majalengka, Jawa Barat pada tahun 1911. Organisasi ini didirikan dalam rangka menegakkan gerakan
pembaharuan atas inisiatif Kyai haji
Abdul Halim. Pada tahun
1916 dipandang perlu mendirikan lembaga pendidikan yang lebih modern, maka didirikanlah
sekolah dengan nama
Jam'iyat I'anat al-Muta'alimin yang sangat direspon positif oleh guru-guru di daerah tersebut. Pada tahun 1924 Perserikatan Ulama memperluas daerah operasinya yang
meliputi seluruh Jawa dan Madura, serta tahun 1937 ke seluruh Indonesia.
K.
ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM PERSATUAN ISLAM
(PERSIS)
Lahirnya
Persis Diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan (penalaahan agama Islam
di kota Bandung yang dipimpin oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dan
kesadaran akan kehidupan berjamaah, berimamah, berimarah dalam menyebarkan
syiar Islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah
organisasi baru dengan cirri dan karateristik yang khas.
Pada
tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1342 H, kelompok
tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama “Persatuan
Islam” (Persis). Nama persis ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan
ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan
dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu
persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan
persatuan usaha Islam.
L. ORGANISASI
PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912, bertepatan dengan tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H oleh KH. Ahmad Dahlan di
Yogyakarta, dengan
tujuan amar ma'ruf nahi munkar yang berakidahkan Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunah
Menurut
Ahmad Dahlan,ada
lima faktor yang menyebabkan ia mendirikan
Muhammadiyah, yaitu:
1. Ia melihat bahwa umat Islam banyak yang sudah
tidak memegang teguh Al-Quran
dan Sunah dalam beramal, sehingga amal mereka tercampur
dengan kemusyrikan, bid'ah, khurafat dan tahayul.
2. Lembaga-lembaga agama ketika itu tidak
efisien, seperti halnya pesantren. Sebagaimana
diketahui bahwa pendidikan saat itu terjadi perpecahan,
dimana pendidikan umum (sekuler) dikembangkan oleh
Belanda, sedangkan pendidikan Agama dibina oleh pesantren, dan disinilah awal
pemisahan istilah ilmuag dan ilmu umum di Indonesia.
3. Kemiskinan yang menimpa sebagian besar rakyat Indonesia, terutama kaum
buruh, serta enggannya kaum kaya membayar
zakat, sehingga mempertajam jurang pemisah
diantar keduanya.
4. Aktivitas misionaris Katolik dan Protestan
semakin giat sejak awal abad ke-19 yang
disubsidi oleh Belanda.
5. Secara umum umat Islam hidup dalam fanatisme
yang sempit, taklid buta, serta
berfikir secara dogmatis, kehidupan Islam masih diwarnai dengan konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.
6. Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa tujuan
muhammadiyah adalah karena kondisi bangsa dan umat Islam saat itu serta
perhatiannya bagi kelangsungan masa depan umat.
M. ORGANISASI
PENDIDIKAN ISLAM NAHDHOTUL ULAMA
Nahdlatul
Ulama atau NU, merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini. NU didirikan pada tanggal 23 januari 1926 M
bertepatan dengan tanggal 16 rajab 1344 H. Di Surabaya. Pendiri NU antara lain : KH Hasyim Asy'ari, KH. Abdul Wahab Abdullah, KH. Bisri,
KH. Ridwan, KH. Nawawi,
KH. R. Asnawi, KH. R. Hambali, K Nakhrawi, KH. Doromuntaha, KH. Alwi Abdul Aziz, dan lain-lain.
Maksud dari pendirian NU antara lain ain adalah memegang teguh salah satu dari mandzhab imam yang empat, yaitu Syafi'i, Maliki,
Hanafi, dan Hambali, dan
mengerjakan apa-apa yang menjadi kemaslahatan umat Islam. Ikhtiar untuk mencapai maksud tersebut meliputi:
a. Mengadakan hubungan dengan
ulama-ulama yang bermadzhab sebagaiman tersebut di atas;
b. Memeriksa kitab-kitab sebelum digunakan, apakah
termasuk dalam kitab ahli sunnah wal jama'ah atau ahli
bid'ah;
c. Menyiarkan agama Islam berdasarkan pada madzhab
tersebut;
d. Memperbanyak madrasah-madrasah yang berasaskan
Islam;
e. Memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan
masjid-masjid, surau-surau, pondok-pondok pesantren, juga
perhatiannya terhadap anak
yatim, dan fakir miskin;
f. Mendirikan badan-badan untuk urusan pertanian,
pernigaan, perusahaan yang tidak
bertentangan dengan syariat Islam.
N.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (PONDOK
PESANTREN,MADRASAH DAN PTAI)
1. Pondok pesantren
Pondok
psantren memiliki model-model pengajaran yang bersifat nonklasikal, yaitu model
system pendidikan dengan menggunakan metode pengajaran sorogan dan wetonan atau
bendungan(menurut istilah dari jawa barat).
Meskipun pesantren
tidak mengenal evaluasi secara formal,dengan pengajaran secara halaqah ini,
kemampuan parasantri dapat diketahui
Secara garis besar,
pesantren sekarang ini dibedakan atas dua macam, yaitu:
a. Pesantren tradisional; pesantren yang masih
tetap mempertahankan sistem
pengajaran tradisonal dengan materi pengajaran kiab-kitab klasik yang sering
disebut kitab kuning.
b. Pesantren modern; pesantren yang berusaha
mengintegrasikan secara penuh system klasikal dan sekolah kedalam pondok
pesantren.
2. Madrasah
Dalam
perkembangannya, system madrasah ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu
madrasah yang khusus memberi pendidikan dan pengajaran agama yang dikenal
dengan madrasah diniyah. Dan madrasah yang memberikan pendidikan dan pengjaran
agama juga memberi pelajaran umum. Untuk tingkat dasar disebut madrasah
ibtidaiyah, untuk tingkat menengah pertama disebut madarasah tsanawiyah. Dan
untuk tingkat menengah atas disebut madrasah aliyah.
O.
TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ISLAM(HOS
TJOKROAMINOTO,KH.AHMAD DAHLAN DAN KH.HASYIM ASY’ARI
Sebagaimana gerakan Islam, Nasionalis, dan
Komunis berasal dari satu guru yaitu HOS Tjokroaminoto. Ketika berumur 21 tahun
(1890), KH Ahmad Dahlan pergi ke tanah suci Mekkah untuk naik haji dan menuntut
ilmu di sana. Ia belajar selama setahun. Salah seorang gurunya adalah Syekh
Ahmad Khatib Al Minangkabawi.
Ahmad Dahlan adalah anak seorang kyai
tradisional yaitu K.H. Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, seorang khatib di Masjid
Sultan di kota itu. Ibunya Siti Aminah adalah anak Haji Ibrahim, seorang
penghulu. Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara.
Ia juga pernah sekamar dengan KH Hasyim Asy’ari
(pendiri NU) ketika beguru kepada KH Sholeh Darat di Semarang. Berarti juga
Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari, dan RA Kartini satu guru satu ilmu yaitu KH
Sholeh Darat. Berarti gerakan Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama dan Gerakan Feminis
berasal dari satu guru.
Dahlan satu guru satu ilmu lagi dengan KH
Hasyim Asy’ari (pendiri NU). Ia juga satu guru dengan Haji Abdul Karim Amrullah
(ayah Buya Hamka) dan Syekh Muhammad Djamil Djambek. Kedua orang ini adalah
pendiri gerakan “Kaoem Moeda” di Sumatra Barat
P. SISTEM
DAN ISI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
1.
System pendidikan islam di Indonesia dibagi
menjadi dua:
a. System pendidkan islam non formal, masih di
masjid surau, langgar pondok dan rumah kyai. Menggunakan system non klasikal.
metode pengajaran sorogan dan wetonan atau bendungan
b. System pendidikan islam formal, sudah menggunakan
system klasikal seperti sekarang. Dengan menggunakan bangku meja dan papan
tulis
2.
Isi pendidikan islam di Indonesia terbagi
menjadi dua:
a.
Isi
pendidikan islam non formal di Indonesia
Isi pendidikan dan
pengajaran islam pada tingkat pemula meliputi: Belajar membaca al-qur’an, Pelajaran dan praktek sholat, Pelajaran
ketuhanan.
Pengajian al-qur’an yang meliputi: Huruf hijaiyah dan membaca al-qur’an,
Ibadah praktek dan perukunan, Keimanan dan akhlaq,
Pada tingkatan
yang lebih atas akan membahas mengenai ilmu tajwid lagu qasidah dan sebagainya
Pengajian kitab,
yang pelajarannya meliputi: Ilmu
sharaf, Ilmu nahwu, Ilmu fiqih, Ilmu tafsir.
Isi pendidikan islam formal di Indonesia
Materi pendidikan islam
mencapai 12 macam ilmu, yaitu: Ilmu
nahwu, Ilmu sharaf, Ilmu fiqih, Ilmu tafsir, Ilmu tauhid,Ilmu hadits, Ilmu
musthalah hadits, Ilmu mantiq, Ilmu ma’ani, Ilmu bayan, Ilmu badi’ ,Ilmu ushul
fiqh.
Pengetahuan umum yang
diajarkan di madrasah antara lain: membaca
dan menulis (huruf latin) bahasa Indonesia, berhitung,Ilmu bumi, sejarah
Indonesia dan dunia, oleh raga dan kesehatan.
Q.
PENDIDIKAN ISLAM DAN PENDIDIKAN NASIONAL
INDONESIA (PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SUB SISTEM DARI SYSTEM PENDIDIKAN NASIONAL)
Dalam
sistem pendidikan nasional telah ditetapkan aturan-aturan pokok sehubungan
dengan berbagai aspek pendidikan. Aturan-aturan ini bersifat mengikat seluruh
warga negara dalam menyelenggarakan pendidikan, baik sebagai penyelenggaraan
maupun masyarakat yang menikmatinya.
Pendidikan
islam sebagai subsistem pendidikan nasioanal yang akan dilaksanakan dan nikmati
oleh sebagaian warga negara menepati kedudukan yang penting. Hal tersebut
telihat dalam berbagai aspek, yaitu dalam aspek tujuan, metode, peserta didik, dan
kurikulum serta kelembagaan. Karena banyah hal yang bersamaan antara pendidikan
islam dan pendidikan nasional, maka terlihat kekuatan yang saling mendukung.
Apabila tuntutan pendidikan islam terpenuhi maka tuntutan pendidikan nsional,
baik secara lansung mapun tidak lansung sudah terpenuhi. Demikian juga
sebaliknya
Pendidikan
nasioanal harus mampu menjamin kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevan dan efesien manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehinggaperlu
dilakkan pembaruan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Undang-Undang
No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak memandai lagi dan
perlu diganti serta disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh sebab itu ditetapkanlah
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No 3 Tahun 2003 tentang Sisten
Pendidikan Nasional.
Al-ghazali
dalam sulaiman (1986: 24) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan islam adalah :
1. Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat
mendekatkan diri kepada Allah
2. Membentuk insan purna yang memperoleh
kebahagian hidup, baik didunia mapun diakhirat
Dari
dua tujuan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan islam versi AL-Ghazali
tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah), sebagaimana yang
dikenal dengan kesufiannya, tetapijuga bersifat duniawi.
R.
WANITA DAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Para wanita Arab sebelum datangnya Islam telah
mempunyai hak dan kesempatan belajar yang terkenal pada masa itu, maka di
kalangan wanita telah terdapat wanita-wanita tukang tenung dan
penyai’r-penya’ir dan orang-orang yang mempunyai pengetahuan dalam menulis. Di
dalam buku-buku yang berbahasa Arab disebutkan banyak sekali nama-nama wanita yang
terkenal pada masa jahiliyah dan masa permulaan Islam.
Pendidikan wanita dalam Islam tidak terlepas
pada sejarah awal penyebaran Islam di masa Nabi Muhammad SAW, Islam mengajarkan
persamaan status pria dengan wanita dalam aspek-aspek spritual dan kewajiban
keagamaan dan yang membedakan adalahnya akhlak yang baik dan buruk.
“Dan para wanita mendapat hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang makruk. Akan tetapi para suami mempunyai
satu tingkatan dari pada isterinya”
Pada masa ini, Nabi meyamakan kedudukan wanita
dan pria dalam hal menuntut ilmu sebagai manifestasi ayat ini diriwayatkan pula
dari Nabi s.a.w bahwa beliau menganjurkan agar istrinya diajarkan menulis, dan
untuk ini beliau berkata kepada Asy-Syifa’ (seorang penulis di masa jahiliyah)
tidak maukah Anda mengajar mantera kepada Hafsah sebagaimana engkau telah
mengajarkannya menulis.
Islam memberikan persamaan hak dan kewajiban
dalam menuntut ilmu bagi wanita sebagaimana laki-laki, namun yang menjadi
perhatian khusus adalah tentang penekan pendidikan akhlaq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar