Bab I
Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat
Pendidikan Islam
A.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
1. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang
hakikat kebenaran sesuatu. Hakikat filsafat seslalu menggunakan ratio
(pikiran), tetapi tidak semua proses berpikir disebut filsafat.
Filsafat merupakan ilmu yang tertua dan
menjadi induk ilmu pengetahuan yang lain.
Ungkapan yang paling sederhana terhadap kata filsafat seperti yang
dikemukakan oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung adalah cinta hikma
(kebijaksanaan). Dan orang yang cinta hikmah kebijaksanaan selalu mencari
dan meluangkan waktu untuk mencapainya, mempunyai sikap positif terhadapnya dan
terhadap hakekat sesuatu, berusaha menghubungkan sebab-sebab dengan akibatnya,
dan juga berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman kemanusiaan. Jadi, bukan
saja orang paling banyak dan tinggi pengetahuannya, tetapi juga memilki
kemantapan pandangan dan tinjauan yang jauh kedepan, dimana pengetahuan itu
sendiri tidak sanggup untuk mencapainya.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Menurut Abdur Rahman Nahlawi; “Pendidikan Islam adalah pengaturan
pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk agama islam secara logis dan
sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.”
Menurut Drs. Burlian Shomad; “Pendidikan islam ialah pendidikan
yang bertujuan membentuk individu menjadi mahluk yang bercorak diri berderajat
tinggi menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu
adalah ajaran Allah. Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu baru
disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu :
1. Tujuan untuk membentuk individu yang bercorak diri tinggi menurut ukuran
Al-Quran.
2. Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di
dalam Al-Quran, dan pelaksanaannya didalam aspek kehidupan sehari-hari
sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Hasil seminar Pendidikan Islam se-Indonesia
tanggal 7 sampai dengan 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor mengatakan “Pendidikan
islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran
islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi
berlakunya semuanya ajaran Islam.
Pendidikan islam berarti proses bimbingan dari
pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal serta didik kearah
terbentuk pribadi muslim telah berkembang diberbagai daerah dari sistemnya yang
paling sederhana menuju sistem pendidikan islam yang modern. Pendidikan islam
dalam sejarahnya menujukkan perkembangan dalam subsistem yang bersifat
operasional dan teknis terutama tentang metode, alat-alat dan bentuk
kelembagaan. Adapun hal yang bersifat prinsip dasar dan tujuan pendidikan islam
tetap dipertahankan sesuai dengan prinsip ajaran islam yang tertuang dalam
Al-Quran dan Sunah.
Peran pendidik dalam membina umat sangat besar
dalam usaha menciptakan kekuatan-kekuatan yang mendorong kearah tercapainya
tujuan yang dikendaki. Sebagaimana dimaklumi bahwa islam bukanlah hanya sekedar
sesuatu kepercayan agama yang membawa serta membina masyarakat yang merdeka,
yang memilki sistem pemerintahan, hukum dan lembaga-lembaga. Semua ini
dasar-dasarnya telah dipancangkan sejak semula oleh Rasulullah SAW. Yang
diikuti terus menerus secara berkesinambungan oleh generasi-generasi berikutnya
3. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah sebagai khalifah Allah di alam.
Sebagai khalifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakannya.
Dengan demikian, pendidikan merupakan urusan hidup dan kehidupan manusia, dan
merupakan tanggung jawab manusia
sendiri.
Disamping itu filsafat pendidikan islam, juga merupakan study tentang
penggunaan dan penerangan metode dan sistem filsafat dan aliran filsafat dalam
islam tentang masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat islam.
4. Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
Dalam perjalanan hidupnya, umat manusia senantiasa dihadapkan kepada
pengalaman-pengalaman peristiwa alamiyah yang ada disekitarnya.
Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang mengesankan dan
kemudian menghidupkan serta menjadi pengalam batinnya sebagai alat pendorong
untuk mengadakan perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan kehidupannya.
B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Di dalam buku Modern Philosophies of
Education (Fourth Education), John S. Brubacher mengemukakan bahwa :
“Pendidikan sebagai proses timbal balik dari
tiap pribadi manusia dalam penyusuaian dirinya dengan alam, dengan sesama, dan
dengan alam semesta. Pendidikan juga merupakan perkembangan yang terorganisasi
dan kelengkapan dari semua potensi-potensi manusia, moral, intelektual dan
jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan
masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi
tujuan hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah proses, dimana
potensi-potensi (kemampuan kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh
kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik,
oleh alat/ media yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk
menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Untuk itu, kualifikasi islam untuk pendidikan
memberikan kejelasan bentuk konseptualnya. Pembentukan kepribadian yang
dimaksudkan bentuk konseptualnya. Pembentuak kepribadian yang dimaksudkan
sebagai hasil pendidikan adalah kepribadian muslim, kemajuan masyarakat, dan
budaya yang tidak menyimpang dari ajaran islam.
Agama tidak mempunyai arti sama sekali apabila
tidak mewujudkan dan diamalkan dalam kehidupan. Ia hanya akan merupakan tonggak
sejarah, sebagai kisah dan slogan yang enak didengar atau diingat, tetapi tidak
mempunyai arti sama sekali dalam kehidupan. Agam bukan untuk dimitoskan atau
dipandang sebagai sesuatu yang akan dilahirkan kesaktian dalam bentuk azimat
dan mantera, tetapi harus membudaya dalam segenap aspek kehidupan
masyarakat. Untuk membudayakan dan melembagakan agama dalam kehidupan perlu
diusahakan pembinaan secara terus menerus kepada seluruh lapisan masyarakat
tanpa kecuali.
Bab II
Kedudukan Manusia Dalam Alam Semesta
A. Hubungan Manusia dan Alam
Diatas permukaan dan diperut bumi ini terdapat
jutaan macam benda, ada benda mati dan ada benda hidup. Benda mati itu pun
hampir tak terhitung macamnya, yaitu berupa gas, benda cair, dan benda padat.
Disamping benda mati, ada pula benda hidup
(mahluk hidup) disebut hidup karena keberadaannya melalui proses tertentu,
yaitu; lahir, tumbuh, berkembang, membiak tua dan mati. Pada garis besarnya
mahluk hidup terdiri dari 3 (tiga) kelompok termasuk manusia.
Bentuk dan sifat ciptaan Allah yang disebut manusia itu kemudian
secara panjang lebar oleh para ahli psikologis (ahli ilmu jiwa) antara manusia
dengan binatang menyusui. Pandangan mereka bertitik tolak dari unsure jiwa yang
terdapat pada diri manusia dan tidak terdapat pada hewan menyusui.
Kalau pada hewan menyusui pokok utamanya terletak pada unsur
kongkret, unsur raga, unsur fisik, unsur jasmani dan biologisnya semata-mata,
maka pada diri manusia selain terdapat unsur kongkret, unsur raga, unsur
jasmaniah terdapat pada unsur abstrak, yaitu unsur jiwa dan rohaniah. Disebut
abstrak jiwa manusia karena jiwa itu tidak tampak bentuk dan ukurannya, tidak
dapat dipegang dan tidak dapat diraba, tetapi nyata-nyatanya ada. Keberdaannya
dapat dibuktikan.
B. Pandangan Islam Tentang Alam dan Kedudukan Manusia
1. Pandangan Islam Tentang Alam
Berpegang pada dalil-dalil al-quran, maka ala mini diciptakan oleh Tuhan
untuk kepentingan manusia dan untuk dipelajari manusia sehingga dapat
menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai manusia dimuka bumi ini.
Firman Allah
SWT:
Artinya :
“Dia menjadikan
bumi bagimu dengan mudah kamu jalani, sebab itu berjalanlah kamu pada beberapa
penjurunya dan makalah rejeki Allah kepada-Nya tempat kembali (Q.S. Al-Mulk:15)
Firman Allah
SWT:
“Tidaklah kamu
lihat, bahwa Allah telah memudahkan untukmu apa-apa yang dilangit dan di bumi
dan telah ia telah sempurnakan atas kamu nikmat-nikmat-Nya, baik yang laihr
maupun batin.”
(Q.S. Luqman:20)
Dari ayat-ayat
diatas. Jelas bahwa Allah menciptakan manusia untuk hidup dimuka bumi ini
dengan disertai bekal yang cukup demi kelangsungan hidupnya, yaitu segala
sesuatu di ala mini diciptakan untuk kepentingan manusia.
2. Kedudukan Manusia
a.
Sebagai
pemanfaat dan penjaga kelestarian alam.
b.
Sebagai
penelti alam
c.
Sebagai
khalifah (penguasa) dibuka bumi
d.
Sebagai
mahluk yang paling tinggi dan paling mulia
e.
Sebagai
hamba Allah
f.
Sebagai
mahluk yang bertanggung jawab
Bab III
Hakikat Tujuan Pendidikan Islam
A. Tujuan Pendidikan
Pendidikan adalah bagian dari satu proses yang diharapkan untuk
mencapai siatu tujuan.
Tujuan pendidikan di Indonesia:
Adapun tujuan pendidikan di Indonesia sebgaimana terdapat dalam
undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional bab II
pasal 4, menyebutkan: “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan
mengembangkan manusia di Indonesia secara seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa yang tanggung jawab kemasrakatan dan kebangsaan.”
Fungsi Tujuan Pendidikan
Pengertian tujuan pendidikan sebenarnya terlingkup dalam pengertian
pendidikan sebagai usaha secara sadar. Ada usaha yang terhenti karena mengalami
kegagalan sebelum mencapai tujuan, namun usaha ini belum dapat disebut
berakhir. Pada umumnya suatu usaha baru berakhir kalau tujuan akhir telah
tercapai.
Dari pengertian uraian diatas maka makin jelaslah pula fungsi
tujuan pendidikan yang kita maksudkan yaitu :
1.
Mengakhiri
tujuan
2.
Mengarahkan
tujuan
3.
Suatu
tujuan dapat pula merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain,
baik merupakan tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjut dari tujuan pertama.
4.
Memberi
nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.
Dari uraian
Brubacher tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan mencangkup tiga
fungsi penting, yang bersifat normative, yaitu :
1.
Tujuan
pendidikan memberikan arah pada proses yang bersifat edukatif.
2.
Tujuan
pendidikan tidak selalu memberikan arah pada pendidikan pada pendidikan.
3.
Tujuan
pendidikan manusia mempunyai fungsi untuk memberikan pedoman atau menyediakan
kreteria-kreteria dalam menilai proses pendidikan.
B. Tujuan Pendidikan Menurut Islam
1. Tujuan Umum
Ialah tujuan
yang akan dicapai dengan semua kegitan pendidikan, baik degan pengajaran atau
dengan cara yang lainnya.
Tujuan umum
pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara
tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan serta harus dikaitkan pula dengan
tujuan institusional lembaga menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum ini
hanya dapat dicapai setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,
penghayatan dan kenyakinan kebenarannya. Tahapan dalam mencapai itu pada
pendidikan formal (sekolah/madrasah). Dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler
yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan intruksional.
2. Tujuan Akhir
Tujuan akhir
pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT:
Artinya :
“Wahai
orang-orangorang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan
sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim
berserah diri kepada Allah.”
(Q.S. Ali
Imran: 102)
3. Tujuan Sementara
Tujuan
sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Tujuan operasional dalam bentuk tujuan intruksional yang dikembangkan menjadi
tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional khusus (TIU dan TIK) dapat
dianggap tujuan sementara dengan sifat yang akan sedikit berbeda.
4. Tujuan Operasional
Tujuan
operasional adalah tujuan praktis yang dicapai melalui sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang
sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut
tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional ini disebut
juga tujuan intruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan
intruksional umum dan tujuan intruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan
intruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit
kegiatan pengajaran.
C. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekolompok orang yang akan melakukan suatu kegiatan. Karena itu tujuan
pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok
yang melaksanakan pendidikan Islam.
1. Mengakhiri usaha
2. Mengarahkan usaha
3. Tujuan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lanjutan
dan tujuan pertama
4. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.
Tujuan pendidikan Islam secara filosofis yang ideal seharusnya
menepatkan rumusan konseptional yang bersifat komprehensif dan logis dalam
bentuk yang padat dan meliputi seluruh kehidupan manusia yang dicita-citakan
Islam.
Bab IV
Hakikat Pendidikan
A. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam pengembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugas
sebagai mahluk Allah, khalifah dipermukaan bumi. Sebagai
mahluk social dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Orang yang pertama bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
atau pendidikan adalah orang tuanya, karena adanya peralihan darah secara
langsung bertanggung jawab atas masa depan anak-anaknya.
B. Tugas Pendidik
Sebagaimana telah disinggung di atas, mengenai pengetian pendidik,
didalamnya telah tersirat pula mengenai tugas-tugas pendidik, maka disini telah
lebih diperjelas lagi, yaitu :
a. Membimbing si terdidik
Mencari
pengenalan terhadap mengenai kebutuhan, kesungguhan, bakat, minat dan
sebagainya.
b. Menciptakan situasi untuk pendidikan
Situasi
pendidikan, yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat
berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.
C. Keutamaan Mengajar
Pendidikan Islam adalah adalah individu yang melaksanakan tindakan
mendidik secara islami dalam suatu situasi pendidikan agama Islam untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Al-Ghazali seorang ahli pendidik Islam juga memandang bahwa
pendidik mempunyai kedudukan utama dan sangat penting.
D. Jenis-jenis Pendidik
Menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah Al-Abrasyi pendidik itu ada tiga
macam yaitu :
a. Pendidik kuttab ialah pendidik yang mengajarkan al-quran kepada
anak-anak kuttab.
b. Pendidik umum ialah pendidik yang pada umumnya, ia mengajar
dilembaga-lembaga pendidikan dan mengola atau melaksanakan pendidikan Islam
secara formal.
c. Pendidik khusus atau sering disebut muadib yaitu pendidik yang
memberikan pelajaran khusus kepada seseorang atau khalifah.
E. Syarat-syarat Pendidik
Menurut H. Mubangit Syarat-syarat menjadi pendidik/guru :
a.
Dia harus
beragama.
b.
Mampu
bertanggung jawab atas kesejahteraan agama
c.
Dia
tidak kalah dengan guru-guru sekolah umum lainya dalam membentuk warga Negara
yang demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa dan tanah air.
d.
Dia
harus memiliki perasaan panggilan murni (roeping)
Dapat
disimpulkan bahwa guru agama itu lebih berat dibandingkan dengan tugas-tugas guru
pada umumnya. Disamping itu, tugas sebagai guru agama terkandung tugas suci
untuk memenuhi panggilan agama, karena berkaitan ibadah kepada Tuhan.
Sehubungan dengan itu maka para ahli didik Islam menentukan berbagai syarat
dengan maksud agar tugas itu dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
F. Sifat-sifat Pendidik
Iman Al-Ghazali menasehati kepada pendidik agama Islam agar memilki
sifat-sifat sebagai berikut :
a. Seorang guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap
murid-muridnya dan memperlakukan mereka seperti perlakuan mereka terhadap anak
sendiri.
b. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapkan terima kasih, tetapi
dengan mengajar itu ia bermaksud mencari keridaan Allah dan mendekatkan diri
kepada-Nya.
c. Hendaklah guru menasehatkan kepada muridnya supaya tidak sibuk dengan ilmu
yang abstrak dan yang gaib-gaib sebelum selesai pelajaran atau pengertiannya dalam
ilmu yang jelas, konkret dan ilmu-ilmu yang pokok. Terangkan bahwa niat belajar itu supaya mendekatkan diri kepada
Allah, bukan akan bermegah-megahan dengan ilmu pengetahuan itu.
d. Mencegah murid dari suatu ahlak yang tidak baik dengan jalan
sendiri jika mungkin dan jangan terus terang dengan jalan halus dan jangan
mencela.
e. Memperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara dengan mereka
menurut kadar akalnya dan jangan menyampaikan sesuatu yang melebihi tingkat
daya tangkap para siswanya agar ia tidak lari dari pelajaran, atau berbicaralah
dengan bahasa mereka.
f. Jangan menimbulkan rasa benci pada murid mengenai cabang ilmu yang
lain, tetapi seyogyianya membukakan jalan bagi mereka untuk mempelajari ilmu
tersebut.
g. Seyogiaya kepada murid yang masih dibawah umur, memberikan penjelasan yang
jelas dan pantas, dan tidak perlu menyebutkan rahasia-rahasia yang terkandung
dibelakang sesuatu itu, sehingga tidak menjadi berkurang keutamaannya atau
gelisah pemikirannya.
h. Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata
dengan perbutannya.
G. Pendidik dalam Perspektif Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, pendidik memiliki arti dan peranan sangat
penting. Hal ini disebabkan karena memilki tanggung jawab dan menentukan arah
pendidikan. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang
yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik.
Agar pendidik berhasil melaksanakan tugasnya, Al-Ghazali
menyarankan pendidik memiliki adab yang baik. Hal ini disebabkan anak didik itu
akan selalu melihat kepadanya sebagai contoh yang harus diikuti. Al-Ghazali
berkata :
“Mata anak didik selalu bertuju kepadanya, telinga selalu menggap
baik pula disisi mereka dan apabila ia menggap jelek pula disisi mereka.”
Bab V
Hakikat Peserta Didik
A. Dasar-dasar Kebutuhan Anak untuk Memperoleh Pendidikan
B. Pertumbuhan Anak (Manusia)
C. Batas-batas Pendidikan Agama Islam
Bab IV : Hakikat Kurikulum
A.
Pengertian Kurikulum
B.
Prinsip-prinsip Kurikulum
C.
Ciri-ciri Kusus Kurikulum
D.
Kurikulum Pendidikan Islam di Indonesia
Bab VII : Hakikat Metode Pendidikan
A.
Metode dalam Proses Pendidikan Islam
B.
Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam
C.
Metode Filsafat Pendidikan Agama Islam
Bab VIII : Hakikat Evaluasi Pendidikan
A.
Pengertian Pengukuran, Pemikiran dan Evaluasi
B.
Penilaian Pendidikan
C.
Manfaat Evaluasi
D.
Tujuan Evaluasi
E.
Ciri-ciri Penilaian dalam Pendidikan
F.
Evaluasi dalam Pendidikan
Bab IX : Pendidikan Islam dalam Pemikiran Para
Ahli
A.
Al-Ghazali
B.
Zainuddin Labay dan Rahmah Al-Yunus-siyah
C.
K.H. Ahmad Dahlan
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar